Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Langit Kelabu

Bolehlah halilintar menggelegar Tapi bayangnya janganlah pudar Sebab itu senyum terpancar Bolehlah awan kelabu Tapi hadirnya janganlah semu Sebab itu hilangkan sendu Bolehlah langit gerimis Tapi waktu bersama janganlah habis Sebab itu redakan tangis Tapi, Meski di langit yang sama, Aku siang sedang engkau malam Hanya berjumpa Kala fajar bangun di ufuk timur Dan men(t)ari pulang ke peraduan senja Nisa Apipah Suralaya Banten, 12 Desember 2015 8.30 AM

Jembatan Merah

Hingga langkah kaki tiba disini Belum kusadari Di keramaian Minggu pagi Belum kucari Teduh jalan dipayungi dedaunan Terucap sapa tak dimengerti Hingga tiba di jembatan merah Bayangnya dalam genggaman Salam kenal yang tak perlu Lama di langit yang sama tapi tak bertemu Dia tahu tak menyapa Aku tak peka Lalu tiba-tiba, Aku berharap kita selalu di langit yang sama, lagi Nisa Apipah Bogor, 07 Desember 2015

Jagalah

aku sedang berjuang tidak lah ku minta kau memayungi kala rintik hujan terselimuti kedinginan aku sedang berjuang tidak lah ku minta ragamu menyertai saat keringat bercucuran terbalut keletihan aku sedang berjuang tidak lah ku minta kau menjagaku dalam gelap malam terkungkung ketakutan cukuplah kau berjuang jadikan aku sebagai alasan perjuanganmu bersahabat dengan kesendirian dan jagalah nyala lilin harapan

Oktober

Bersama nyala harapan lilin – lilin  Kutaruh seutuhnya harap di hati Semoga terus menyala menerangi Gelap dan dinginnya belantara hati Sepucuk mawar merah muda Indah dan harum tapi singkat Kebersamaan kita demikian Mau tak mau begitu fana Umurku berkurang hari ini Waktu kita semakin tiba Hanya bakti kepada Tuhan Pertemukan kita di keabadian

Pada Suatu Hari Nanti

Karya : Sapardi Djoko Damono   Pada suatu hari nanti Jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau  takkan kurelakan sendiri Pada suatu hari nanti Suaraku tak terdengar lagi Tapi di antara larik-larik sajak ini Kau akan tetap kusiasati Pada suatu hari nanti Impianku pun tak dikenal lagi Namun disela-sela huruf sajak ini Kau takkan letih-letihnya kucari

Pesan Pencopet Kepada Pacarnya

Karya : WS. Rendra Sitti, kini aku makin ngerti keadaanmu Tak ‘kan lagi aku membujukmu untuk nikah padaku dan lari dari lelaki yang miaramu Nasibmu sudah lumayan Dari babu dari selir kepala jawatan Apalagi? Nikah padaku merusak keberuntungan Masa depanku terang repot Sebagai copet nasibku untung-untungan Ini bukan ngesah Tapi aku memang bukan bapak yang baik untuk bayi yang lagi kau kandung Cintamu padaku tak pernah kusangsikan Tapi cinta cuma nomor dua Nomor satu carilah keslametan Hati kita mesti ikhlas berjuang untuk masa depan anakmu Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu Kuraslah hartanya Supaya hidupmu nanti sentosa Sebagai kepala jawatan lelakimu normal suka disogok dan suka korupsi Bila ia ganti kau tipu itu sudah jamaknya Maling menipu maling itu biasa Lagi pula di masyarakat maling kehormatan cuma gincu Yang utama kelicinan Nomor dua keberanian Nomor tiga keuletan Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta Inilah ilmu hidup m

Hidup

Oleh : Samadi Ketika lahir disambut ebang, Ketika mati dilepas salat Antara azan dengan sembahyang, Wahai hidup, alangkah singkat ! Datang ke dunia telanjang bulat, Pulang hanya berkain kafan, Jangan ke alam hati tertambat, Alam tak dapat menolong badan.

Harepan (Sajak Nurjaya Hakim)

Sajak Nurjaya Hakim Harepan  Kudi dibawa kamana ieu hat è ? Nalika eusi hate geus di è br è hkeun Kalangkang anjeun teu wel è h ngeusi kana lalampahan hirup kuring Tapi geuning, anjeun geus aya nu boga Kahayang tinggal kahayang Ayeuna urang ngan bisa masrahkeun diri Teuing kumaha mawa ieu hate Hat è kuring masih keur anjeun Nalika kala leumpang jeung kuring Kuring ngan bisa miharep Hiji waktu kembang impian bakal ngarti