Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Turbin Angin

Oleh : Nisa Apipah Cintamu bak angin yang menabrak sudu-sudu komposit Tak hanya menciptakan gerak putar yang indah Tapi juga membangkitkan kekuatan Mencipta manfaat dari yang semula tak berarti Kita diciptakan untuk berpadu Aku turbin dan kau angin Aku tanpamu hanya papan komposit tak berguna Kamu tanpaku hanyalah angin yang berlalu Tapi aku sedih Manakala anemometer menyuguhkan nilai nol Pertanda kamu tak hadir Tiada hembusan dan kesejukan Padahal aku menunggu Ekor turbin ku mengintai kemanapun kau pergi Dan sudu-suduku telah siap berputar Tapi aku tetap tak mendapatimu Satu yang kupahami Sekalipun serasi, hukum alam di dunia ini tak menghendaki abadi Seringkali kau datang dan pergi Namun aku akan setia menanti Aku akan tetap menunggu Tanpa jemu Hingga sudu-suduku patah Karena waktu yang kian berganti

Dalam Do'aku

Karya : Sapardi Djoko Damono Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, ya

Tepi Danau

Di tepi danau Hanyut perasaan dalam kekalutan kacau Bukan yang sedang kupandang Tapi yang lalu Yang tadinya ingin bisu Tapi bicara karena terlanjur tahu Kukira keindahan mutlak membawa jiwa pada ketenangan Tapi lihat dua sisi rasa Ikhlas dan benci Tenggelamkan seluruh raga Agar lenyap selamanya bersama rasa sakit Benci menyeringai Jika tak ada istilah kesempatan ketiga Maka aku yang akan mencipta Memaafkan lebih mulia Ikhlas tersenyum Memaafkan itu mudah Melupakan hanya bisa dengan berubah Maklumi air mata yang jatuh akibat lara Maklumi hati yang perih akibat luka Dan maklumi lisan yang bertanya Karena dia hanya ingin jawaban Yang menunjukkan perubahan Depok, 04 Agustus 2015

Sejati

Aku selalu suka manakala bulan bersinar Ditemani bintang berkelap-kelip Sebuah bayang dengan senyum berbinar Menyusup ke dalam hati lalu terselip Aku selalu suka langit malam hitam legam Angin berhembus menyemai sejuk Berharap sebuah rasa dapat digenggam Juga ingin terucap kata tapi tak ada tajuk Lalu fajar mulai menyingsing Menyingkirkan malam Bias seketika lenyap menjadi nyata Selalu menghilang tiba-tiba Seketika kesadaran kembali Mentari penerang sejati Sepanjang masa menyinari Berhentilah menanti yang tak pasti ! Ramadhan 1436 H