Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

24 Oktober,Manusia VS Sapi

  Dua puluh empat Oktober.Tanggal yang menjadi salah satu sejarah dalam hidupku.Mungkin untuk dunia juga karena PBB merayakan hari jadinya pada tanggal ini.Namun tentulah usiaku lebih muda dibanding usia PBB.Dua puluh tahun yang lalu,seorang perempuan pasti sedang bersakit – sakit melahirkan manusia yang dicintainya.Bertaruh nyawa agar manusia yang dikandungnya selama sembilan bulan dapat bernapas melihat indahnya dunia.Meski hanya bertemankan dokter anak ( baca : paraji ) dan bersaksikan pohon – pohon pisang,rimbunnya hutan,dan gelapnya malam,namun aku mampu memenangkan hidup.Aku mampu mewujudkan harapan orang tuaku,yaitu TERLAHIR KE DUNIA !               Di pengulangan dua puluh empat Oktober ini berat badanku sudah tidak tiga kilogram lagi,tinggi ku pun tak hanya lima puluh centimeter .Begitupun usiaku,kini tak muda lagi.Segala perubahan telah terjadi pada diriku.Banyak hal yang sudah ku alami yang kini membentuk karakter pada diriku.Ada rasa bahagia berjumpa dengan dua

Bekali Aku Kekritisan,Tak Hanya Nasihat

Angkot.Itulah transportasi yang biasa aku dan mahasiswa lainnya gunakan untuk pulang menuju rumah.Dikarenakan tak ada batas apapun di dalam angkot,bisa dengan leluasa saling menatap satu dengan yang lainnya.Suara yang terucap dari satu mulut dapat terdengar telinga begitu saja,begitupun telingaku hingga akhirnya diterima oleh otak dan segera memberi respon atas apa yang didengar.             “Anak ibu cerdas sekali.Lucu ya”,ujar ibu yang duduk di seberang kanan ku sambil memberikan jajanan dari kumpulan barang belanjaan ibu tersebut di pasar swalayan kepada anak kecil yang ia katakan cerdas.Sang ibu itu hanya tersenyum mendengar anaknya dipuji. “Bilang apa,Nak?” “Terimakasih”,sahut sang anak dengan malu – malu kepada ibu yang memberinya jajanan. Anak itu memang terlihat cerdas.Menanggapi ini itu,mengomentari setiap perintah ibunya,mengungkapkan segala hal yang ia lihat,ia dengar   dan ia alami.Kalau istilah Sunda-nya mah “capetang”.             Tak lama kemudian,ibu dan