Objektif.Satu kata yang familiar.Mudah diucapkan namun sulit untuk diterapkan.Makna dari
kata ini sesungguhnya sederhana.Ketika kita mengetahui pertanggungjawaban dari
apa yang kita lakukan,itulah objektif.Ketika kita mempertimbangkan semua
variabel kehidupan dalam memutuskan suatu hal,itulah objektif.Ketika perilaku
yang kita lakukan mampu memecahkan permasalahan,itulah objektif.Ketika kita
melihat ‘apa’ bukan ‘siapa’,itulah objektif.
Memilih sekolah hanya karena disuruh orang tua sedangkan
setelah dipertimbangkan ternyata kita tidak berminat di sekolah tersebut,maka
itulah perilaku subjektif.Seringkali hal ini membuat dilema karena jika tidak
menuruti keinginan orang tua,itu artinya kita anak durhaka atau takut masa depannya
gagal.
Disaat teman melakukan kesalahan namun karena
takut,kasihan atau ada kepentingan
akhirnya kita melakukan pembenaran terhadap perilakunya.Itulah
subjektif.Hal ini juga sering membuat dilema karena jika tidak membenarkan akan
berpengaruh buruk pada diri kita,tapi jika membenarkan,maka kita mendukung dia
melakukan kesalahan.
Itu masih masalah kecil.Bagaimana jika masalahnya adalah
pilihan hidup akan agama kita,Islam?Bagaimana jika masalahnya adalah pilihan
kita kepada seorang pemimpin?Atau pilihan kita yang menyangkut masa
depan?Akankah masih berlaku sikap subjektif?
Bayangkan jika kita memilih Islam namun kita tak pernah
tahu mengapa kita harus memeluk agama tersebut.Bayangkan ketika kita memilih
pemimpin namun tak mempertimbangkan semua hal yang ada pada dirinya melainkan
karena suatu kepentingan,paksaan atau iming – iming.Bayangkan jika kita memilih
cita – cita tanpa mempertimbangkan
minat,bakat,kepribadian dan kemampuan ekonomi,mau jadi apa di masa depan?
Tentunya kita akan ditertawakan pemeluk agama lain.Tanpa
disadari,ternyata kitalah penyebab keruntuhan Islam karena sebagai umat
Islam,kita tak pernah mencoba memahami tentang apa yang telah kita yakini.Orang
lain menertawakan kita?Bahkan bukan hanya menertawakan namun dengan mudah meruntuhkan.Mengapa?Karena
kita sendiri tak tahu tentang Islam.Mengapa?Karena kita subjektif,hanya ikut –
ikutan dalam beragama.Islam turunan,Islam KTP,atau semua istilah lain yang
mampu menjatuhkan Islam.
Memilih pemimpin dengan subjektif.Tentu tak menjadi solusi
bagi setiap permasalahan yang ada di negeri ini.Jika kita tertarik hanya dengan
iming – iming uang,jalan santai,kaos,mana mungkin akan tercipta perubahan
bangsa.Pilihan kita bukan pada apa yang menjadi iming – iming mereka,melainkan
memahami motivasi dan mengukur kemampuan mereka.
Begitupun dengan pilihan cita – cita.Jika hanya
berlandaskan pada kesubjektifan.Tentulah sulit mencapai keberhasilan.Di tengah
terjalnya perjalanan meraih cita – cita,kita tak akan mampu bertahan jika hanya
dengan kesubjektifan.
Intinya segala hal yang berlandaskan subjektif tidak akan
menghasilkan hal yang benar.
Hidup itu pilihan.Begitu kata istilah.Jika kita memilih
dengan subjektif,maka tak akan kita raih kesuksesan.Maka,pahamilah segala hal
yang kita pilih dalam hidup agar kita mampu objektif.
Komentar
Posting Komentar