Langsung ke konten utama

Sudahkah Kita Objektif ?




            Objektif.Satu kata yang familiar.Mudah diucapkan namun sulit untuk diterapkan.Makna dari kata ini sesungguhnya sederhana.Ketika kita mengetahui pertanggungjawaban dari apa yang kita lakukan,itulah objektif.Ketika kita mempertimbangkan semua variabel kehidupan dalam memutuskan suatu hal,itulah objektif.Ketika perilaku yang kita lakukan mampu memecahkan permasalahan,itulah objektif.Ketika kita melihat ‘apa’ bukan ‘siapa’,itulah objektif.
            Memilih sekolah hanya karena disuruh orang tua sedangkan setelah dipertimbangkan ternyata kita tidak berminat di sekolah tersebut,maka itulah perilaku subjektif.Seringkali hal ini membuat dilema karena jika tidak menuruti keinginan orang tua,itu artinya kita anak durhaka atau takut masa depannya gagal.
            Disaat teman melakukan kesalahan namun karena takut,kasihan atau ada kepentingan  akhirnya kita melakukan pembenaran terhadap perilakunya.Itulah subjektif.Hal ini juga sering membuat dilema karena jika tidak membenarkan akan berpengaruh buruk pada diri kita,tapi jika membenarkan,maka kita mendukung dia melakukan kesalahan.
            Itu masih masalah kecil.Bagaimana jika masalahnya adalah pilihan hidup akan agama kita,Islam?Bagaimana jika masalahnya adalah pilihan kita kepada seorang pemimpin?Atau pilihan kita yang menyangkut masa depan?Akankah masih berlaku sikap subjektif?
            Bayangkan jika kita memilih Islam namun kita tak pernah tahu mengapa kita harus memeluk agama tersebut.Bayangkan ketika kita memilih pemimpin namun tak mempertimbangkan semua hal yang ada pada dirinya melainkan karena suatu kepentingan,paksaan atau iming – iming.Bayangkan jika kita memilih cita – cita tanpa mempertimbangkan  minat,bakat,kepribadian dan kemampuan ekonomi,mau jadi apa di masa depan?
            Tentunya kita akan ditertawakan pemeluk agama lain.Tanpa disadari,ternyata kitalah penyebab keruntuhan Islam karena sebagai umat Islam,kita tak pernah mencoba memahami tentang apa yang telah kita yakini.Orang lain menertawakan kita?Bahkan bukan hanya menertawakan namun dengan mudah meruntuhkan.Mengapa?Karena kita sendiri tak tahu tentang Islam.Mengapa?Karena kita subjektif,hanya ikut – ikutan dalam beragama.Islam turunan,Islam KTP,atau semua istilah lain yang mampu menjatuhkan Islam.
            Memilih pemimpin dengan subjektif.Tentu tak menjadi solusi bagi setiap permasalahan yang ada di negeri ini.Jika kita tertarik hanya dengan iming – iming uang,jalan santai,kaos,mana mungkin akan tercipta perubahan bangsa.Pilihan kita bukan pada apa yang menjadi iming – iming mereka,melainkan memahami motivasi dan mengukur kemampuan mereka.
            Begitupun dengan pilihan cita – cita.Jika hanya berlandaskan pada kesubjektifan.Tentulah sulit mencapai keberhasilan.Di tengah terjalnya perjalanan meraih cita – cita,kita tak akan mampu bertahan jika hanya dengan kesubjektifan.
            Intinya segala hal yang berlandaskan subjektif tidak akan menghasilkan hal yang benar.
            Hidup itu pilihan.Begitu kata istilah.Jika kita memilih dengan subjektif,maka tak akan kita raih kesuksesan.Maka,pahamilah segala hal yang kita pilih dalam hidup agar kita mampu objektif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghitung Efisiensi Panel Surya

        A. Name Plate Max Power (Pmax) 180 W Open Circuit Voltage (Voc) 30.4 V Short Circuit Current (Isc) 8.03 A Min. Bypass Diode (If) 12.5 A Serial No NC081015E069073 Warranted Min Pmax 174.6 W Max. Power Current (Vmp) 24.2 V Max. Power Current (Imp) 7.45 A Fuse Rating 15 A AT STC 1000 W/m 2 , AM 1.5, cell T 25 o C Measured Values at STC IEC Pmax 180.1 W Vmp 24.5 V Imp 7.34 A Voc 30.2 V Isc 8.36 A       B. Jumlah Array Di Lab Surya Teknik Konversi Energi terdapat 3 array pembangkit listrik tenaga surya. - 1 array besar statis - 2 array kecil dinamis (bisa digerak-gerakkan/diarahkan)       C. Jumlah Panel Array Besar 92 panel Array Kecil A 5 panel Array Kecil B 5 panel       D. Jumlah Modul 1 pa

Control Valve

Abstrak Resume ini memberikan deskripsi umum mengenai prinsip dasar control valve , cara menentukan besarnya control valve baik untuk fluida cair maupun gas, dan beberapa jenis valve beserta prinsip kerja dan fungsinya. Pendahuluan Kata valve acapkali diterjemahkan menjadi kelep, atau kadang-kadang menjadi katup, dan tidak jarang pula menjadi kerangan. Demi kejelasan teknik, kata valve akan tetap dipertahankan pemakaiannya dalam pembahasan ini. Kerja valve sederhana sekali. Bilamana plug terangkat, fluida akan mengalir dari bagian inlet ke bagian outlet . Hanya saja, fluida proses yang mengalir ini bisa bermacam-macam, dari yang paling bersih sampai yang paling kotor, dari yang tidak korosif sampai yang paling korosif, dari tekanan rendah sampai tekanan tinggi, dari temperatur rendah sampai temperatur tinggi dan seterusnya. Karena kebutuhan proses yang bermacam-macam itulah, ada banyak sekali konstruksi valve. Selain itu, perhatian khusus juga diperlukan pa

Jurusan Teknik Konversi Energi, Sulit Tapi Menantang

                “Bidang konversi energi adalah bidang yang begitu luas dan hampir meliputi seluruh disiplin ilmu sehingga merupakan pelajaran yang sukar untuk diajarkan. Tambahan lagi, begitu banyaknya penelitian yang sedang dijalankan dalam bidang ini sehingga, tentu saja, tetap saja ada perubahan”. (Archie W. Culp, Jr.) Banyak orang yang aneh dan bertanya-tanya dengan jurusan yang satu ini. Begitupun saya pada awalnya. Awalnya setengah hati menjalani kuliah di bidang teknik konversi energi karena sama sekali tidak terbayang apa yang akan dipelajari. Tidak seperti bidang keilmuan lain contohnya mesin, listrik, elektro, kimia, akuntansi. Bahkan hingga tahun kedua menjalani kuliah di bidang teknik konversi energi masih belum terbayang kita ini mau dibawa kemana. Di setiap semester, mata kuliahnya beragam bidang, ada rangkaian listrik, elektronika, elektronika daya, elemen mesin, mesin termal, mekanika fluida, mesin fluida, termodinamika, perpindahan panas, neraca massa dan ene