Langsung ke konten utama

Control Valve


Abstrak
Resume ini memberikan deskripsi umum mengenai prinsip dasar control valve, cara menentukan besarnya control valve baik untuk fluida cair maupun gas, dan beberapa jenis valve beserta prinsip kerja dan fungsinya.

Pendahuluan


Kata valve acapkali diterjemahkan menjadi kelep, atau kadang-kadang menjadi katup, dan tidak jarang pula menjadi kerangan. Demi kejelasan teknik, kata valve akan tetap dipertahankan pemakaiannya dalam pembahasan ini.
Kerja valve sederhana sekali. Bilamana plug terangkat, fluida akan mengalir dari bagian inlet ke bagian outlet. Hanya saja, fluida proses yang mengalir ini bisa bermacam-macam, dari yang paling bersih sampai yang paling kotor, dari yang tidak korosif sampai yang paling korosif, dari tekanan rendah sampai tekanan tinggi, dari temperatur rendah sampai temperatur tinggi dan seterusnya. Karena kebutuhan proses yang bermacam-macam itulah, ada banyak sekali konstruksi valve.
Selain itu, perhatian khusus juga diperlukan pada bagian penyekat (packing). Karena plug harus bergerak naik turun sedangkan tekanan di dalam valve body cukup tinggi, diperlukan suatu konstruksi penyekat yang tidak boleh menghambat gerak stem, namun mampu menjaga agar fluida di dalam valve tidak keluar dari bagian bonnet, biasanya terbuat dari bahan asbestos, graphit, teflon.
Permasalahan kemudian timbul tidak hanya karena jenis fluida, temperatur, kekuatan serta ketahanan logam saja, melainkan masalah lingkungan dimana valve beroperasi haruslah diperhatikan. Misalnya ketika terjadi kebocoran, apakah kebocoran fluida itu akan mencemari lingkungan.
Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam hal pemilihan control valve adalah faktor kebisingan yang mungkin timbul. Tingginya perbedaan tekanan upstream dan downstream control valve kemungkinan akan menyebabkan kebisingan.

Menentukan Besarnya Control Valve
Pada waktu merencanakan sebuah sistem pengendalian, hal utama yang harus diketahui adalah dimana proses akan dikendalikan. Contohnya pengendalian temperatur  fluida pada heat exchanger. Daerah kerja proses adalah temperatur fluida serta jumlah flow fluida yang dibutuhkan pada temperatur itu. Katakanlah, pada keadaan operasi normal proses membutuhkan temperatur 75oC pada flow 1000 liter per menit;  temperatur minimum-maksimum: 70oC-85oC pada flow minimum-maksimum : 500-1500 liter per menit.
Dari ketiga titik kebutuhan diatas,  proses minimum, normal, dan maksimum, dapat dilakukan perhitungan jumlah energi panas (BTU), sehingga akhirnya akan didapatkan flow sumber energi panas (steam) minimum, normal, dan maksimum. Tentunya control valve harus mampu mencakup ketiga titik kebutuhan pokok tersebut. Selayaknya control valve ada di posisi 50% pada operasi normal dan kira-kira ada di posisi 25% pada operasi minimum dan kira-kira ada di posisi 75% pada operasi maksimum.
Dalam ilmu sistem pengendalian, cara khusus untuk menyatakan daerah kerja sebuah control valve adalah dalam bentuk rengeability.  Secara spesifik, rengeability adalah perbandingan flow maksimum dan flow minimum yang mampu dikendalikan oleh sebuah control valve. Misalnya, control valve dengan rengeability 50:1, kalau flow maksimum control valve tersebut adalah 50 gpm, maka flow minimum yang masih dapat dikendalikan adalah 1 gpm.
Perkiraan kondisi operasi normal serta rengeability sebuah control valve adalah sangat penting karena kedua parameter tersebut merupakan salah satu kunci yang sangat menentukan sukses tidaknya suatu sistem pengendalian.
Sebuah control valve yang harus selalu bekerja di daerah yang hampir tertutup penuh (minimum), bagian plug dan seat-nya tentu akan cepat aus karena erosi cepat terjadi sebagai akibat dari kecepatan fluida yang tinggi pada keadaan hampir tertutup tersebut. Ciri khas keadaan ini adalah sinyal controller yang selalu dekat daerah minimum (antara 10% sampai 25%). Keadaan ini terjadi bilamana control valve jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan. Kelak akan diketahui bahwa selain kerusakan mekanisme control valve, kerja sistem pengendalian menjadi kurang sempurna apabila controller-khususnya jenis pneumatic-harus selalu bekerja di daerah minimum.
Sebaliknya, control valve yang harus selalu bekerja di posisi hampir terbuka penuh tidak akan menghasilkan respon sistem pengendalian yang bagus karena sistem akan bereaksi sangat lambat dan measurement variable akan sering-sering ada di bawah set point (timbul offset). Ciri khas keadaan ini adalah sinyal controller yang akan selalu mendekati maksimum. Kerja controller maupun sistem menjadi tidak sempurna karena sistem tidak akan memberikan koreksi manipulated variable sebagaimana mestinya. Control valve tidak akan dapat memenuhi koreksi tambahan yang diminta oleh sistem pengendalian karena ia sudah ada pada posisi terbuka penuh.
Keadaan control valve yang terlalu kecil (undersized) atau yang terlalu besar (oversized) tidak akan pernah membuahkan respon sistem yang bagus. Penyetelan atau tuning elemen controller tidak akan mampu memperbaiki keadaan. Jalan satu-satunya yang harus dilakukan adalah mengganti control valve dengan ukuran yang tepat. Repotnya, penggantian control valve acapkali berakibat terhentinya produksi, dan penggantiannya sering juga harus disertai perubahan susunan pipa. Itulah sebabnya, perhitungan kapasitas control valve sangat penting karena kesalahan pada waktu rekayasa (engineering) boleh jadi mengakibatkan terhambatnya produksi yang secara ekonomi sulit untuk ditolerir.
Flow yang keluar dari sebuah control valve menurut hukum fisika ternyata tergantung pada besarnya perbedaan tekanan inlet-outlet (upstream-downstream) serta beberapa parameter lain. Secara umum, untuk fluida cair, besarnya flow yang lewat di control valve :
mL   =   Cv     …………. (1)
dimana,
mL       =    flow rate dari fluida cair dalam gpm dengan specific gravity sebesar G
G         = specific gravity dari zat cair yang mengalir pada kondisi flowing atau kondisi standar
Cv            = valve coefficient
P             = beda tekanan inlet-outlet (psi)
Faktor Cv adalah cara untuk menyatakan besarnya flow yang melewati suatu control valve pada beda tekanan tertentu.  Definisninya, Cv adalah besar flow dalam gpm apabila beda tekanan inlet-outlet sebuah control valve yang dalam keadaan terbuka penuh adalah 1 psi. Sebuah valve dengan Cv = 10, pada keadaan terbuka penuh, akan melewatkan flow sebesar 10 gpm, apabila beda tekanan inlet-outlet-nya 1 psi.
                Karena sifat gas adalah compressible, persamaan (1) tidak berlaku untuk media gas. Untuk fluida gas, flow yang melewati sebuah control valve adalah
mg   =   63,3.Cv.Y
dimana :
mg          =    flow rate dari gas
Cv           =    valve coefficient yang didapat dari zat cair
P             =    beda tekanan inlet-outlet
Yi            =    specific weight pada kondisi upstream (outlet)
Y             =    expansion factor, perbandingan flow coefficient antara gas dan zat cair pada bilangan Reynolds yang sama. Besarnya antara 0,667 sampai 1,0. 


Globe Valve
Globe valve dinamai demikian karena bentuk alirannya yang menyerupai globe. Valve jenis ini paling banyak dipakai di sistem pengendalian karena rengeability yang luas dan pemakaiannya yang dapat menjangkau banyak macam proses. Ada dua macam globe valve, yaitu single-seat dan double seat. Pada double-seat aliran fluida terpecah menjadi dua bagian, sehingga drop pressure di masing-masing bagian hanya setengah dari drop pressure diantara inlet-outlet. Hal ini menguntungkan karena akan mengurangi kecepatan terjadinya erosi. Bentuk plug dari globe valve dibuat bermacam-macam agar diperoleh bermacam-macam karakteristik. Ada tiga macam karakteristik yang dapat diperoleh dari globe valve, yaitu linear, equal percentage, dan quick opening



Gambar 1 Globe valve single seated


                                                     Gambar 2 Globe valve double seated

Cage Valve
Jenis control valve lain yang cukup popular adalah cage valve.Jenis ini sebenarnya termasuk jenis globe, namun karena konstruksinya yang menggunakan piston dan cage, lubang-lubang pada cage dapat lebih mudah dibentuk agar diperoleh karakteristik yang diinginkan.
 

Gambar 3 Cage valve

Namun karena konstruksinya yang mirip dengan piston di mesin mobil, cage valve kurang cocok dipakai untuk media kotor, karena deposit akan mudah tertinggal di celah-celah piston sehingga akan menyebabkan kemacetan. Keuntungan dari valve ini adalah kemudahannya dalam penggantian karakteristik.
 

Gambar 4 Karakteristik globe valve dan bentuk masing-masing plug.

Butterfly Valve
Karena cara kerjanya yang menyerupai sayap kupu-kupu, salah satu control valve ini dinamai butterfly valve.
Butterfly valve banyak dipakai di dalam proses-proses yang membutuhkan flow yang besar serta fluida-fluida yang banyak mengandung partikel. Dulu, butterfly valve kurang dipercaya untuk pemakaian-pemakaian yang membutuhkan kerapatan penuh, karena bidang kontak yang kecil kurang menjamin terpenuhinya kebutuhan tersebut. Namun, kini masalah ini sudah dapat diatasi oleh banyak pabrik pembuat dengan menciptakan konstruksi-konstruksi khusus.
Karena cara kerjanya yang menghendaki gerak berputar,aktuator untuk butterfly valve juga harus dari jenis rotary. Gerakannya akan membentuk sudut dari 0o sampai 90o .



Gambar 5 Butterfly Valve
 
Ball Valve 
Pada ball valve, lubang di bola bisa sebesar diameter pipa (full bore) atau bisa juga lebih kecil dari diameter pipa (reduced bore). Ball valve mempunyai kerapatan yang prima pada waktu tertutup rapat, karena bidang kontak antara seal dan ball jauh lebih lebar dibandingkan dengan butterfly valve. Sayangnya, ball valve jenis ini tidak dapat digunakan sebagai control valve, atau untuk throttling (“mencekik” flow). Bibir bola jenis ini akan cepat aus bilamana harus memotong aliran fluida.
                Untuk mengatasi kelemahan ball valve, bentuk bolanya kemudian dimodifikasi menjadi seperti tempurung atau helm. Kata ball, kemudian, sebenarnya menjadi kurang tepat lagi karena bentuk bolanya kini tidak bulat penuh. Konstruksi semacam ini terbukti sangat tangguh karena kemampuannya memotong aliran fluida dari aliran yang kecil sampai aliran yang besar. Oleh karena itu, control valve jenis ini biasanya mempuanyai rengeability yang cukup lebar. Keuntungan lain jenis ini adalah kerapatannya pada keadaan tertutup penuh. Hal itu disebabkan karena bidang kontak antara seal dan ball masih tetap cukup lebar, selebar ball valve.
                Control jenis ini kemudian disebut characterized ball valve karena bagian dari bola yang harus memotong aliran fluida-disebut notch-dibentuk sesuai dengan kebutuhan karakteristik flow-nya. Notch itu ada yang berbentuk huruf “U”, huruf “V”, atau parabola. Oleh karena itu, mereka masing-masing disebut U-notch, V-notch, atau parabolic.


Gambar 6 Ball Valve beserta nya karakteristiknya



Referensi :

Asher, Glaun. 2012. Avoiding Flow –Induced Sympathetic Vibration in Control Valves. Diunduh pada tanggal 10 Agustus 2014 dari http://www.powermag.com/avoiding-flow-induced-sympathetic-vibration-in-control-valves/

Catalog Nivz Valve and Automation. 2014. Double Flanged End Butterfly Valve. Diunduh pada tanggal 10 Agustus 2014 dari http://www.nivzvalves.com/double_flanged_center_disc_butterly_valve.htm

Gunterus, Frans. 1997. Falsafah Dasar : Sistem Pengendalian Proses. Jakarta : Elex Media Komputindo



Mohamed. 2012. Globe Valve Components&Characteristic. Diunduh pada tanggal 10 Agustus 2014 dari http://flowcntrols1.blogspot.com/2012/04/globe-valve-components-charecteristics.html


Spirax, Sarco. 2014. Ball Valve. Diunduh pada tanggal 10 Agustus 2014 dari
http://www.spiraxsarco.com/resources/steam-engineering-tutorials/pipeline-ancillaries/isolation-valves-rotary-movement.asp

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghitung Efisiensi Panel Surya

        A. Name Plate Max Power (Pmax) 180 W Open Circuit Voltage (Voc) 30.4 V Short Circuit Current (Isc) 8.03 A Min. Bypass Diode (If) 12.5 A Serial No NC081015E069073 Warranted Min Pmax 174.6 W Max. Power Current (Vmp) 24.2 V Max. Power Current (Imp) 7.45 A Fuse Rating 15 A AT STC 1000 W/m 2 , AM 1.5, cell T 25 o C Measured Values at STC IEC Pmax 180.1 W Vmp 24.5 V Imp 7.34 A Voc 30.2 V Isc 8.36 A       B. Jumlah Array Di Lab Surya Teknik Konversi Energi terdapat 3 array pembangkit listrik tenaga surya. - 1 array besar statis - 2 array kecil dinamis (bisa digerak-gerakkan/diarahkan)       C. Jumlah Panel Array Besar 92 panel Array Kecil A 5 panel Array Kecil B 5 panel       D. Jumlah Modul 1 pa

Jurusan Teknik Konversi Energi, Sulit Tapi Menantang

                “Bidang konversi energi adalah bidang yang begitu luas dan hampir meliputi seluruh disiplin ilmu sehingga merupakan pelajaran yang sukar untuk diajarkan. Tambahan lagi, begitu banyaknya penelitian yang sedang dijalankan dalam bidang ini sehingga, tentu saja, tetap saja ada perubahan”. (Archie W. Culp, Jr.) Banyak orang yang aneh dan bertanya-tanya dengan jurusan yang satu ini. Begitupun saya pada awalnya. Awalnya setengah hati menjalani kuliah di bidang teknik konversi energi karena sama sekali tidak terbayang apa yang akan dipelajari. Tidak seperti bidang keilmuan lain contohnya mesin, listrik, elektro, kimia, akuntansi. Bahkan hingga tahun kedua menjalani kuliah di bidang teknik konversi energi masih belum terbayang kita ini mau dibawa kemana. Di setiap semester, mata kuliahnya beragam bidang, ada rangkaian listrik, elektronika, elektronika daya, elemen mesin, mesin termal, mekanika fluida, mesin fluida, termodinamika, perpindahan panas, neraca massa dan ene