Cerpen #1 Mengharap cahaya dari lilin tak bersumbu Mengharap cahaya dari lampu pijar tak berfilamen Penantian ini akan sia-sia Enam bulan yang lalu, aku patah hati. Laki-laki yang kuanggap akan mencintai ‘hingga darah tak mengalir dan jantung tak berdetak’ seperti yang pernah dikatakannya, ternyata tega mengingkari janjinya karena seorang perempuan yang mungkin menurutnya lebih baik dariku. Menangis adalah kegiatan rutin di setiap hariku saat itu. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah dia yang kini bukan lagi milikku. Satu-satunya obat hati adalah menghilangkan seluruh kebencian dalam hati dan merelakannya bahagia. Sejak saat itu, rasanya tak ingin lagi mencintai. Sejak saat itu aku hanya peduli pada studiku. Seringkali aku mencela orang yang memiliki keinginan untuk berpacaran, apalagi jika perilakunya sampai berlebihan. Salah satu contohnya adalah kisah pedekate teman sekelas dari temanku. Perempuan itu begitu berambisi untuk mendapatkan hati seorang l