Pernahkah kamu bermain monopoli? Kita
diberikan kekayaan dengan jumlah tertentu. Sistem dan aturan permainan sudah
ditentukan. Uang – uangan keseluruhan pun sudah ditentukan jumlahnya, tak bisa
ditambahi dan tak bisa dikurangi. Uang-uangan hanya berputar dari satu pemilik
ke pemilik lain, bisa dalam bentuk uang denda, reward, sewa rumah. Kadang uang – uangan menumpuk di salah satu
pemain. Ada yang berkecukupan, adapula yang sangat tidak punya uang. Bahkan
bisa jadi semuanya tidak punya uang – uangan
dan uang – uangan itu kembali
kepada bank.
Bisa dibayangkan, tanpa adanya
uang – uangan tersebut, permainan kita akan terasa sulit, bahkan mungkin tak
bisa berjalan lagi. Apa yang harus kita lakukan? Tentulah menemukan strategi
permainan yang bagus agar kita bisa kembali memanfaatkan uang – uangan yang ada
di bank. Orang yang mampu mengikuti sistem dan aturan permainan serta mampu
mengelola keuangannya dengan baik tentu dia sukses. Hanya orang yang sistem
manajemennya hebat yang mampu menjadi juara.
Seperti itulah kehidupan energi. Sumber
energi di bumi sudah tersedia dengan begitu melimpah ruah di tanah Indonesia
beserta segala sistem dan aturannya (hukum alam). Energi hanya berputar di bumi
ini membentuk sebuah siklus dalam berbagai bentuk energi. Kadang di beberapa
daerah tak mampu merasakan kekayaan sumber energi. Ada yang dengan serakah
merasakan manfaat sumber energi, adapula yang begitu kesulitan mendapatkan
sumber energi. Bahkan di suatu saat nanti sangat memungkinkan jika semuanya
kesulitan mendapatkan sumber energi, padahal potensi energi di bumi masih
melimpah. Jika dalam monopoli, permainan terhambat saat kita tak memiliki uang
– uangan , maka begitupun hidup kita, sangat terhambat dan bahkan bisa jadi
tidak berjalan saat sulitnya sumber energi didapatkan. Pernahkah kamu
membayangkan jika potensi energi di alam ini tidak bisa teroptimalkan lagi? Pernahkah
kamu membayangkan jika sumber energi di alam ini “habis”?
Memasak yang biasanya hanya
memerlukan waktu beberapa menit, bisa memakan waktu berjam – jam karena harus
menyalakan kayu bakar terlebih dahulu. Sepeda menjadi satu – satunya alat
transportasi menuju ke kampus. Rumah – rumah redup di malam hari karena
kurangnya pasokan listrik akibat kesulitan mendapatkan sumber energi. Lampu –
lampu damar menghiasi setiap dinding rumah, lagi – lagi karena keterbatasan
energi. Mandi yang biasanya tinggal jebar – jebur, kali ini harus bersusah
payah terlebih dahulu menimba air. Tiada lain dan tiada bukan karena
keterbatasan listrik untuk menyalakan pompa air yang disebabkan sulitnya sumber
energi didapatkan. Itu artinya kita KEMBALI KE ZAMAN PRIMITIF !!! Wah, akan
sangat repot tentunya.
Apa yang harus kita lakukan? Tentulah
dengan menerapkan manajemen dalam mengikuti sistem dan aturan bermain. Ketika
manajemen energi diterapkan, tentulah akan ada perencanaan mendalam dan jauh ke
depan mengenai penggunaan sumber energi dalam semua aspek sehingga kecil
kemungkinan sumber energi akan habis.
Ekstrimnya sumber energi habis, tak
akan terjadi kesulitan karena dengan perencanaan mendalam tadi, sudah disiapkan
solusi dengan menciptakan teknologi yang efisien dan mengindahkan hukum
keseimbangan alam. Tak hanya itu, melalui penerapan manajemen energi, semua
bisa merasakan manfaat sumber energi secara proporsional. Begitulah prinsip
manajemen energi, melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengelolaan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan sumber energi agar
sumber energi yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk pembangunan masyarakat.
Manajemen energi ini sudah
diterapkan di Indonesia. Tapi mengapa masih sering terjadi kelangkaan BBM? Mengapa
sumber energi terbarukan kurang dioptimalkan? Mengapa masih ada daerah yang
pasokan listriknya minim?
Kelangkaan bukan semata – mata
karena habisnya sumber energi. Kesulitan pengoptimalan sumber energi terbarukan
bukan semata – mata karena sulitnya modal dan teknologi. Tapi karena manajemen
yang tidak sesuai dengan prinsip dan tujuan manajemen itu sendiri.
Manajemen yang benar adalah
manajemen yang sesuai dengan prinsip dan manajemen itu sendiri, dimana
dilakukannya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengelolaan
sehingga ditemukan solusi atas problematika – problematika yang dihadapi dengan
tujuan semata – mata untuk pembangunan masyarakat.
Begitu kompleks permasalahan yang
dihadapi. Begitu tinggi tingkat kesulitan pemecahan masalahnya. Begitu besar
pula tanggung jawabnya, sehingga para manajer yang terpilih adalah manusia yang
pure memiliki motif pembangunan
masyarakat, tidak ditunggangi oleh kepentingan orang – perorang. Juga memahami
secara universal tentang permasalahan yang ada agar solusi yang ditawarkan
tidak hanya menyelesaikan masalah “pinggirannya”, melainkan menyelesaikan
substansi masalahnya sehingga tak melulu meningkatkan persediaan sumber energi
melainkan mengatur bagaimana energi bisa digunakan dengan efisien karena
disitulah substansi masalahnya.Imajinasinya pun tak boleh terbatas karena dia harus
bisa merencanakan jauh ke depan.
Manajemen energi yang benar itu
penting. Tanpa sebuah pengelolaan, setiap
problematika yang muncul baik terhadap lingkungan, ketersediaan sumber energi, maupun
kemerataan penggunaannya tidak akan bisa teratasi sehingga tidak bisa asal –
asalan dalam penerapannya. Tidak pula dengan “sang manajer”-nya.
Kita memang bukan ahli manajemen
energi, namun kita bagian dari manajemen itu karena kita pengguna energi. Tentulah
kita wajib berpartisipasi menjaga keseimbangan sumber energi.
”Mahasiswa teknik energi” bukan
hanya sebuah status kan? Melainkan sebuah tanggungjawab besar bagi penyandang
statusnya untuk mengamalkan ilmunya demi sebuah perubahan. Hanya ada 3 pilihan yaitu
menjadi perusak aktif (ikut membuat masalah), berdiam diri menjadi perusak
pasif (membiarkan problematika energi terjadi dan terus terjadi) atau
MENGAMALKAN ILMU KITA UNTUK SEBUAH PERUBAHAN.
Oktober 2012
Komentar
Posting Komentar