Pukul 06.30 WIB kami berkumpul di depan Alfamart Ciwaruga.Hanya enam
orang yang jadi berangkat ke Cibenda.Saya,Riska,Fadel,Guntur,Kang Ikmal,dan
Kang Ajay.Sebelumnya anak-anak lukam yang menyatakan ikut sekitar 12 orang.Penyebabnya
beberapa hal,malam harinya dari pukul sembilan malam hingga pukul satu dini
hari,kami melakukan baksos dengan membagi-bagikan bubur kacang hijau yang kami
buat bersama-sama kepada ‘orang-orang yang kurang beruntung nasibnya’ di
sekitar Pasteur dan kolong jalan layang Pasopati sehingga wajar saja ada yang
kelelahan,adapula yang mudik karena akan libur panjang,dan beberapa orang yang
lain sakit.Tujuan kami kali ini ke Kp.Cibenda adalah survei lokasi untuk
pembangunan MCK,pembuatan surat permohonan pembuatan MCK dan surat hibah tanah
yang akan dijadikan lokasi MCK.
Pukul 07.00 WIB kami
berangkat.Transportasi yang digunakan yaitu sepeda motor.Jalan yang dilalui
berliku – liku dan berlubang.Karena semalam hujan,genangan air pun menambah
kesulitan melewati jalan.Setelah 3 jam perjalanan,kami berhenti di sebuah
alfamart untuk membeli makanan dan beristirahat.”Jalan yang tadi dilewati belum
seberapa”,kata Kang Ikmal.”Ini jalan ‘bagus’ terakhir,nanti mah kesana lebih parah.Untuk tiba di
lokasi butuh waktu 2 jam lagi”,tambah Riska.
Setelah 10 menit beristirahat,kami
melanjutkan perjalanan.Daaaaan benar saja jalannya haduh sangat parah.”Ini jalan atau apa sih?”,kata Guntur.”Hanya ada
dua pilihan.Kalo ga kena batu,ya kena lumpur”,saya menanggapinya.Ini kali
pertamanya saya dan Guntur ke Cibenda,jadi ya agak was-was melihat kondisi
jalan yang seperti ini.Orang yang tidak ahli dan penakut tidak mungkin bisa
melewati jalan ini.”Untuk melewati jalan ke Cibenda,taruhannya nyawa”,kata
salah satu dosen yang pernah ikut program desa binaan ke Cibenda.
Setelah bersusah payah melewati
jalan yang licin,berlumpur dan berbatu,akhirnya kami tiba di Kampung Manglid.Awalnya
rencana lokasi pembangunan MCK adalah di Kp.Cibenda,tetapi karena ada persyaratan
yang tidak terpenuhi,maka kami ganti dengan Kp.Manglid (tetangga
Cibenda).Syarat yang tidak terpenuhi yaitu jumlah KK minimal adalah 50 tetapi
Cibenda hanya memiliki 40 KK.
Kami mengunjungi kantor
desa.Lokasinya dekat SD dan SMP.Kebetulan semua pengurus desa sedang berkumpul
di kantor desa jadi kami tidak perlu mengungjungi satu per satu rumah pengurus
desa.Pertama kami membicarakan rencana pengajuan pembangunan MCK ke dinas
PU.”Dinas PU sedang mengalokasikan dana untuk membangun seperangkat
MCK,instalasi air,dll untuk tiga daerah di kab.Bandung Barat,dan kami BEMa KEMA
POLBAN berniat mengajukan Kp.Manglid ini sebagai salah satunya.Semoga
terealisasi”,kata Kang Ikmal.
Respon dari para pengurus desa begitu positif,”Sae atuh ari kitu mah.Hatur nuhun pisan.Teras naon anu kedah ayana?”Kami
juga menjelaskan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi,salah satunya hibah
tanah dan beliau-beliau langsung antusias mencari tahu lokasi tanah yang akan
dihibahkan.
Setelah selesai membicarakan rencana
pembangunan MCK,kami menggunakan kesempatan ini dengan mencari tahu (sharing-sharing) tentang bidang lainnya yang
harus dibenahi di desa ini terutama yang menjadi sorotan adalah bidang
pendidikan.Karena yang kami pahami,program desa binaan tak hanya membantu
membangun atau memperbaiki di satu bidang,tapi seluruh bidang.Kebetulan salah
seorang guru masih ada di sekolah karena baru saja selesai pembagian
raport.Beliau diminta menemui kami oleh Pak Kades.”Alhamdulillah,SD dan SMP
sudah ada disini.Tenaga pengajar pun lumayan sudah banyak dan 90% tenaga
pengajar sudah lulus S1.Tapi kalo SMA,masih jauh lokasinya sehingga seringkali
anak-anak tidak mau melanjutkan ke tingkat SMA”,kata Pak guru.
”Apa yang menjadi kendala untuk pendidikan disini,Pak?”,tanya Riska.”Untuk
pelaksanaan belajar mengajar alhamdulillah sudah lumayan baik,semangat belajar
pun cukup tinggi,paling kondisi jalan yang cukup sulit dilewati untuk tiba di
sekolah dan Kesejahteraan pengajar kurang diperhatikan.Hanya 1 orang yang
berstatus PNS.Gaji tenaga honorer itu kan hanya 100-200ribu,sangat terbatas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup.Jika bukan karena kepedulian terhadap
pendidikan anak-anak kampung ini,mungkin saya dan teman – teman guru lainnya
lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain.Ya harapannya adek-adek ini bisa
menyampaikan harapan kami karena kan adek-adek lebih dekat dengan ‘yang
diatas’.Lalu ini,dek pembangunan perpustakaan yang semula dibangun, tidak kunjung
selesai”,sambil menunjuk sebuah bangunan setengah jadi di samping kantor desa.”Padahal
buku – buku nya sudah kami siapkan.Sekarang malah menumpuk tidak ada
tempatnya”,lanjutnya.
“Minat membaca anak – anak
disini bagaimana,Pak?”,tanyaku.”Anak – anak disini sangat bersemangat untuk
membaca.Apalagi bacaan – bacaan berbentuk cerita.Dan itu membawa dampak
positif.Mereka menjadi lebih mudah belajar membaca”
“Wah bisa dong nanti program
Book For Jabar lokasinya kesini”,sahut Riska.
“Kita juga meminta bantuan
adek-adek untuk mengurangi jumlah buta huruf di kampung ini karena memang banyak
sekali usia 40 tahunan tidak bisa membaca.IPM disini menduduki peringkat ke 45
dari 45 wilayah,tetapi terakhir naik menjadi peringkat 15,bukan karena lebih
baik tapi karena memang wilayahnya berkurang hanya menjadi 15 wilayah.”,kata
Pak Guru sambil tertawa.
“Hahahaha”,kami pun tertawa.
“Nanti pukul 13.00 ada kegiatan
LDKS di SMP,jika adek-adek berkenan,silakan memberi motivasi kepada anak-anak
OSIS yang mengikuti kegiatan LDKS agar mereka lebih semangat lagi untuk
belajar.Bapak pamit dulu”.
Penasaran dengan kondisi
perpustakaan yang katanya tak kunjung selesai,kami pun melihat-lihat kondisi
perpustakaan yang tadi ditunjukkan.Kami pun berkeliling SD dan SMP untuk
melihat kondisi kelas.Kami merasa cukup prihatin dengan kondisi kelasnya.
Setelah mengeksplor tentang
pendidikan,kami beralih membahas program pembuatan minyak atsiri.Para pengurus
desa menyampaikan bahwa mereka tidak paham dengan proses pengolahan minyak
atsiri.Pengekstrakan minyak atsiri yang selama ini dilakukan hanya berdasarkan
pengetahuan otodidak.Setelah mendapatkan minyak,langsung dijual begitu saja
kepada pengepul.Padahal jika diolah hingga mendapatkan produk jadi,nilai
jualnya akan lebih tinggi dan bisa menjadi pemasukan untuk kampung ini,apalagi
dengan jumlah tanaman atsiri yang tumbuh banyak sekali di kampung ini.Mereka
juga berharap banyak kepada kami
selaku orang yang lebih mengerti teknologi untuk mengembangkan pengolahan
minyak atsiri tersebut.
Permintaan tersebut menjadi PR
kami,Keluarga Kecil Luar Kampus.Dan menjadi tanggung jawab seluruh mahasiswa
yang mau mengamalkan ilmunya.
Kami melanjutkan perjalanan ke
lokasi pembuatan MCK yang akan di survei dengan di antar salah seorang pengurus
desa.Setelah 1 jam perjalanan bersusah payah lagi melewati jalan berlumpur dan berbatu,akhirnya
tiba juga di lokasi.Memprihatinkan juga kondisi MCK-nya.Bayangkan,ketika kita
mandi,semua orang bisa melihat dengan jelas karena tak ada pintunya.Belum lagi
harus mengantri.
Ini pun menjadi PR yang harus segera dikerjakan oleh kami.Mereka sangat
sangat membutuhkan bantuan.Mereka butuh fasilitas agar kehidupannya lebih
produktif.Setelah survei,kami beristirahat di rumah pengurus desa.
Tidak lama beristirahat,kami
pulang meskipun kondisi gerimis.Kami diberi oleh-oleh jeruk dan mentimun.Tak lupa
kami mengunjungi dulu SMP,memenuhi undangan dari Pak Guru untuk memberikan
sedikit motivasi kepada anak – anak OSIS yang sedang LDKS.Yang kami jumpai
adalah pengurus-pengurus OSIS yang lama (kelas 9).Mereka antusias sekali dengan
apa yang kami sampaikan,meskipun awalnya malu – malu.Sebelumnya beberapa orang
dari mereka diminta memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris.lalu Satu
per satu diminta ke depan memeragakan
profesi yang dicita – citakannya.
”Ayo tadi siapa yang ingin jadi pengusaha?Peragakan cara presentasi untuk
memasarkan air mineral gelas dan permen ini agar orang – orang mau
membeli”,kata Kang Ikmal.
Adapula yang ingin menjadi dokter,pramugari,koki,pelukis.Ada beberapa
orang yang bertanya dari yang aneh-aneh ( nanya kapan akang-akang dan
teteh-teteh mau nikah? -_- ) hingga yang meminta masukan untuk program kerja
OSIS di SMPN 3 Cicadas tersebut.
Sekitar satu jam kami bersama
mereka,kami pamit pulang.Sebelumnya kami berpoto bersama,mencatat nama account FB,bertukar kenang-kenangan agar
ketika bertemu lagi mereka masih ingat dengan kami terutama dengan cita – cita
mereka.
“Beberapa tahun lagi saya ingin
melihat kalian sudah menggapai mimpi – mimpi kalian.”,kata Kang Ikmal.
Di tengah perjalanan pulang,hujan turun cukup
deras dan terus menerus.
“Baru kali ini pulang dari sini
dengan kondisi hujan seperti ini”,kata kang Ajay.
Untung kami semua menbawa jas
hujan.Ada plus minus turunnya hujan
ini.Plus-nya,kondisi jalan lebih mudah
dilalui karena tanah-tanah yang lengket terbawa arus air sehingga tidak begitu
licin.Minus-nya,sulit mengendarai
motor karena air hujan mengenai mata dan kami semua basah kuyup meski sudah
menggunakan jas hujan.Sempat terjatuh pula beberapa kali,tapi tak apa.
Karena lapar sekali,akhirnya kami memutuskan membeli nasi goreng terlebih
dahulu di tepi jalan.Hangatnya kebersamaan mengalahkan dinginnya badan kami
yang bercucuran air hujan.Memar-memar di kaki menjadi tanda besarnya perjuangan
kami.Keluhan sirna mengingat lebih sulitnya kehidupan masyarakat Cibenda.Rasa
syukur bertambah karena telah diberi kesempatan untuk berpartisipasi demi
kemaslahatan masyarakat.
Itulah kenangan manis,meski perjuangannya terasa pahit.Itulah kenangan
indah,meski tak seindah jalan yang kami lalui.
Miss you,Little Family Luar Kampus BEMa KEMA POLBAN.
Hidup Mahasiswa !
Hidup KEMA POLBAN !
Hidup Bangsa Indonesia !
Komentar
Posting Komentar