Terinspirasi dari seorang dosen
yang mengatakan, “Ketika orang Jerman melihat kondisi tepi pantai, dibuatlah
turbin angin yang berjajar dan mampu memenuhi kebutuhan energi listrik
masyarakat. Ketika orang Indonesia melihat kondisi tepi pantai, dibuatlah film
Nyi Roro Kidul”. Sebenarnya hal itu hanya sebuah candaan untuk ‘menampar’ dan menyindir
orang-orang Indonesia yang seringkali tak bisa memanfaatkan potensi yang
dimiliki. Untuk itulah, mahasiswa seperti kami diharapkan setelah lulus dapat
memberi kontribusi untuk kemajuan teknologi di Indonesia.
Dari
fenomena tersebut, dapat kita sadari bahwa cara berpikir bangsa kita memang
belum ilmiah, meski tidak seluruhnya. Banyak hal yang membuat itu terjadi. Ketidaktahuan,
kepentingan, hedonisme, doktrin, malas berpikir, tidak peduli terhadap nasib
bangsa, dll. Sehingga, benar adanya bahwa dengan kekayaan alam yang melimpah,
kita belum bisa menjadi negara yang maju.
Berpikir takhayul pada dasarnya
sama dengan tidak berpikir. Kesimpulan yang diambil tanpa ada data. Berpikir
seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Salah-salah malah menimbulkan
masalah. (http://goodalakazam.wordpress.com/2011/11/20/metode-berpikir/)
Bayangkan
jika masyarakat berpikir tahayul. Bayangkan jika bangsa ini malas berpikir.
Bayangkan jika pikiran-pikiran remaja saat ini hanya hedonisme. Lepas pantai
hanya akan dikenal dengan Nyi Roro Kidul-nya hingga akhir masa. Potensi
Indonesia yang melimpah ruah hanya akan menjadi sampah. Manusia akan kesulitan karena
tak tercukupinya kebutuhan energi di masa depan. Intinya, setiap permasalahan
tak akan pernah ditemukan solusinya dengan berpikir tahayul.
Berpikir
ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. (http://galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-berpikir-ilmiah/)
Bagaimana
nasib bangsa Indonesia jika masyarakatnya berpikir ilmiah? Tentu saja setiap
permasalahan akan ditemukan solusinya. Tak ada masalah tanpa solusi. Tak ada
penyakit tanpa obatnya. Habisnya minyak beberapa tahun yang akan datang bukan
sebuah ketakutan karena dari saat ini masyarakat telah menyiapkan alternatif
lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kincir-kincir angin akan berjajar di
tepi pantai menyulap angin menjadi sumber penerangan masyarakat. Rumah-rumah
disulap menjadi tempat produksi listrik untuk mencukupi kebutuhan sendiri,
tidak lagi bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara. Sampah – sampah menjadi hal yang berharga
layaknya gas LPG yang dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Impian yang
sungguh indah, bukan?
Impian itu hanya bisa diwujudkan
dengan berpikir ilmiah. Pahamilah masalah yang ada. Pahamilah bahwa bangsa ini
memerlukan orang-orang yang peduli. Pahamilah bahwa bangsa ini memerlukan
orang-orang ilmiah yang dapat memecahkan permasalahan bangsa, bukan orang tahayul,
bukan orang hedon, bukan pula orang-orang yang hanya menginginkan materi.
Kesadaran untuk membangun bangsa
sudah seharusnya menjadi tekad orang yang berilmu. Ilmu yang kita pelajari
adalah modal untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Dan berpikir ilmiah adalah
cara kita memahami masalah dan menemukan solusi untuk permasalahan bangsa.
Komentar
Posting Komentar