Langsung ke konten utama

Air Mata yang Berharga



 “Kala matanya berkaca-kaca dan air mata tertahan di sudut mata, kala itulah kami tahu betapa besar ketulusannya” 

Aku tak pernah menyukainya. Aku dan teman-teman selalu mengejeknya. Dia yang kumaksud adalah seorang dosen mekanika fluida yang sudah tua renta tapi memaksakan diri mengajar di sebuah perguruan tinggi tempatku menimba ilmu.
Hal menyebalkan pertama darinya adalah selalu tiba di kelas sebelum waktunya. Pagi-pagi sekali, sebelum semua mahasiswa tiba, bapak dosen yang satu ini selalu sudah duduk manis menunggu kami dan menatap setiap tempat duduk mahasiswa. Bisa kubayangkan, mungkin ketika masih muda, tatapannya sangat tajam. Kebetulan aku termasuk mahasiswa yang hadir lebih awal saat itu. Baru hadir sepuluh orang dari tiga puluh orang. Dan mungkin hanya dua dari sepuluh orang yang betul-betul ingin mengikuti mata kuliah ini. Aku tidak termasuk dua orang itu.
Kedua, kami tak pernah mengerti apa yang disampaikannya. Kami pikir karena cara bicaranya yang kurang jelas. Kurang lebih seperti cara bicara kakekku yang menyuruh ini itu. Bedanya, bahan pembicaraannya adalah sederet teori dan rumus-rumus mekanika fluida. Tapi, entah itu hanya penilaian subjektif mahasiswa terhadap dosennya. Aku pikir dosen selalu salah di mata mahasiswa, begitupun mahasiswa selalu salah di mata dosen. Biasanya, apabila apa yang disampaikan dosen tidak dimengerti, maka kami akan lebih banyak belajar melalui catatan yang diberikan dosen di papan tulis. Tapi parahnya, tulisannya pun seringkali tidak kami mengerti. Ketika menulis, tangannya seringkali bergetar. Akhirnya, tak ada satupun hal yang bisa kami dapat dari mata kuliah ini.
Ketiga, dia selalu memberikan tugas berupa soal-soal mekanika fluida. Parahnya, kami harus ke depan satu-satu untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Kami yang tak tahu apa-apa ini hanya bisa pasrah jika saat ‘eksekusi’ itu tiba. Jika tidak bisa menyelesaikan soal-soal tersebut, maka kami akan diceramahi panjang lebar. Dia tidak pernah marah, paling menertawai kami dengan tawa yang kadang kami tak mengerti. Cara ini membuat kami tak nyaman.
Saat ujian tiba, kami bingung bukan kepayang. Bukan bingung karena saking banyaknya yang harus dipelajari, tapi bingung saking tidak tahunya apa yang harus dipelajari. Akhirnya, kami hanya membolak-balik soal-soal yang pernah ditugaskan. Dan kami akan sangat pasrah jika ternyata soal ujian tidak sama dengan soal-soal tugas yang pernah diberikan.
            Setelah ujian berlalu, sudah tak bisa dibayangkan bagaimana hasil ujian mekanika fluida. Selain sesak nafas menanti hasil IPK, kami juga masih memiliki setumpuk laporan praktikum mekanika fluida yang harus diselesaikan. Mungkin mata kuliah ini memang hanya sebagai pelengkap penderita di semester ini.
            “Laporan dikumpulkan sekarang ya. Yang terakhir tolong kumpulkan ke bapak”, kata KM di depan kelas.
            Dan kelompok akulah yang harus mengumpulkan. Dengan terpaksa, aku dan dua orang temanku menemui bapak di ruangannya. Perasaan harap-harap cemas karena takut ditanya macam-macam menyertai kami ketika masuk ke ruangan bapak.
            “Assalaamu’laikum, Pak. Saya mau menyerahkan laporan satu kelas”
            Bapak menghampiri kami tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Lalu diambilnya laporang-laporan ini dari tanganku. Dibuka dan dibacanya halaman demi halaman setiap laporan. Dag dig dug hati kami menanti respon bapak tentang ujian. Sempat terbersit niat menanyakan hasil ujian untuk menghilangkan keheningan. Tapi sepertinya bukan niat yang bagus.
            “Kalian belajar atau tidak untuk menghadapi ujian?”, tanya bapak tiba-tiba.
            “Be..be..belajar, Pak”, jawab aku mendadak gagu.
            “Jika belajar, masa kalian hanya mengumpulkan blank document?”
            Aku dan dua orang temanku saling bertatapan, merasakan bahwa bapak sedang membiacarakan hasil ujian kami.
            “Belajar yang rajin agar nilainya bagus. Tidak hanya itu, tapi juga pahami setiap yang dipelajari. Bukan apa-apa. Pertama, perkembangan jaman semakin pesat. Kalian harus bisa bersaing. Kedua, kalian adalah mahasiswa-mahasiswa yang dinantikan karyanya. Kalian adalah bagian dari solusi. Bapak selalu membayangkan kalian bisa membuat suatu karya dengan bidang ilmu yang dipelajari, khususnya konsep mekanika fluida. Semua karya itu bukan untuk bapak, tapi untuk kalian. Untuk kebermaknaan hidup kalian”, kata Bapak panjang lebar.
“……”, kami hanya diam mendengarnya. Ada rasa sakit di bagian hati. Tapi rasa ini tak seperti biasanya, seperti sebuah tamparan, di hati.
            “Bapak bulan depan pensiun. Bapak harap kalian lebih semangat untuk belajar. Jangan seperti ini lagi. Apa yang telah bapak beri sebetulnya itu akan sangat berguna pada aplikasinya. Hanya saja mungkin kalian belum menyadarinya”
            Seketika rasa bersalah dan penyesalan menyergap. Menghimpit hati hingga terasa sakit sekali. Dalam ketidaklancaran berbicara, beliau tak lelah menyampaikan ilmunya, meski kami sering mengabaikannya dan malah pulas tertidur. Dalam gemetar tangannya, beliau begitu semangat menuliskan rumus-rumus untuk kami, meski hanya ada satu atau dua orang yang memperhatikan tulisannya. Dalam usianya yang sudah lanjut, terdapat harapan luar biasa kepada kami. Harapan untuk menjadi manusia-manusia bermakna di hadapan masyarakat dan Tuhan. Dan, dari air mata yang menggenang di sudut matanya, aku mengerti betapa besar pengorbanan dan ketulusannya mengajari kami selama ini.
            Sejak saat itu, aku tak pernah lagi mengabaikan dosen bagaimanapun cara mengajarnya. Karena aku menyadari, setiap orang memiliki kekurangan, apalagi dalam hal mengajar. Aku pikir, alangkah bijaksana seorang mahasiswa menyikapi kekurangan tersebut dengan tidak mencela atau mengabaikan, melainkan dengan belajar lebih keras. Karena semangat belajar yang berkobar-kobar tak akan padam hanya dengan cara dosen mengajar yang tidak cocok. Karena niat belajar yang sangat kokoh tak akan runtuh hanya dengan cara dosen mengajar yang tidak nyaman. Karena setiap dosen menginginkan kita untuk lebih baik. Dan, dibalik sikap menyebalkan setiap dosen, ada ketulusan yang tidak terkira. Tinggal bagaimana hati kita bisa terbuka lebar untuk menerima setiap ketulusannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghitung Efisiensi Panel Surya

        A. Name Plate Max Power (Pmax) 180 W Open Circuit Voltage (Voc) 30.4 V Short Circuit Current (Isc) 8.03 A Min. Bypass Diode (If) 12.5 A Serial No NC081015E069073 Warranted Min Pmax 174.6 W Max. Power Current (Vmp) 24.2 V Max. Power Current (Imp) 7.45 A Fuse Rating 15 A AT STC 1000 W/m 2 , AM 1.5, cell T 25 o C Measured Values at STC IEC Pmax 180.1 W Vmp 24.5 V Imp 7.34 A Voc 30.2 V Isc 8.36 A       B. Jumlah Array Di Lab Surya Teknik Konversi Energi terdapat 3 array pembangkit listrik tenaga surya. - 1 array besar statis - 2 array kecil dinamis (bisa digerak-gerakkan/diarahkan)       C. Jumlah Panel Array Besar 92 panel Array Kecil A 5 panel Array Kecil B 5 panel       D. Jumlah Modul 1 pa

Control Valve

Abstrak Resume ini memberikan deskripsi umum mengenai prinsip dasar control valve , cara menentukan besarnya control valve baik untuk fluida cair maupun gas, dan beberapa jenis valve beserta prinsip kerja dan fungsinya. Pendahuluan Kata valve acapkali diterjemahkan menjadi kelep, atau kadang-kadang menjadi katup, dan tidak jarang pula menjadi kerangan. Demi kejelasan teknik, kata valve akan tetap dipertahankan pemakaiannya dalam pembahasan ini. Kerja valve sederhana sekali. Bilamana plug terangkat, fluida akan mengalir dari bagian inlet ke bagian outlet . Hanya saja, fluida proses yang mengalir ini bisa bermacam-macam, dari yang paling bersih sampai yang paling kotor, dari yang tidak korosif sampai yang paling korosif, dari tekanan rendah sampai tekanan tinggi, dari temperatur rendah sampai temperatur tinggi dan seterusnya. Karena kebutuhan proses yang bermacam-macam itulah, ada banyak sekali konstruksi valve. Selain itu, perhatian khusus juga diperlukan pa

Jurusan Teknik Konversi Energi, Sulit Tapi Menantang

                “Bidang konversi energi adalah bidang yang begitu luas dan hampir meliputi seluruh disiplin ilmu sehingga merupakan pelajaran yang sukar untuk diajarkan. Tambahan lagi, begitu banyaknya penelitian yang sedang dijalankan dalam bidang ini sehingga, tentu saja, tetap saja ada perubahan”. (Archie W. Culp, Jr.) Banyak orang yang aneh dan bertanya-tanya dengan jurusan yang satu ini. Begitupun saya pada awalnya. Awalnya setengah hati menjalani kuliah di bidang teknik konversi energi karena sama sekali tidak terbayang apa yang akan dipelajari. Tidak seperti bidang keilmuan lain contohnya mesin, listrik, elektro, kimia, akuntansi. Bahkan hingga tahun kedua menjalani kuliah di bidang teknik konversi energi masih belum terbayang kita ini mau dibawa kemana. Di setiap semester, mata kuliahnya beragam bidang, ada rangkaian listrik, elektronika, elektronika daya, elemen mesin, mesin termal, mekanika fluida, mesin fluida, termodinamika, perpindahan panas, neraca massa dan ene