Inspirasi tulisan ini berawal
dari sebuah mata kuliah di semester 5 yang didalamnya mempelajari energi angin
dan beberapa energi alternatif, biasanya disebut mata kuliah PLTA dan
Alternatif. Dari judul mata kuliahnya saja sudah menarik dan ternyata proses pembelajarannya
pun mampu membangkitkan rasa ingin tahu mahasiswa dan ‘memaksa’ mahasiswa
memiliki ide-ide baru.
Pada pertemuan kedua, dosen
memberikan tugas dengan cara yang tidak biasa dibanding dosen-dosen sebelumnya.
Kali ini, dosen betul-betul menanamkan nilai penting mata kuliah ini dan proses
pembelajaran di dalamnya. Bermula dari sebuah pertanyaan.
“Apa permasalahan energi yang Anda
tahu saat ini?”
Jawaban mahasiswa
bermacam-macam. Ada yang mengetahui masalah rencana naiknya harga BBM, impor
BBM yang besar, pemborosan energi, Jero Wacik, dll. Tetapi pada intinya sama,
masyarakat akan kesulitan energi karena berbagai penyebab, entah itu menipisnya
cadangan minyak, keterbatasan teknologi, kebijakan, dll.
“Siapa yang seharusnya
memberikan solusi untuk permasalahan itu?”
Kami semua diam. Mungkin ada
yang tahu dan ada yang tidak tahu maksud pertanyaan dosen. Tapi, sebetulnya
pertanyaan itu adalah pertanyaan retorik. Orang yang bisa memberikan solusi
adalah orang yang paham di bidangnya yaitu kami, mahasiswa di bidang energi.
Potensi kami untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut sangat lah besar
sehingga dosen tersebut betul-betul berharap suatu saat kami menjadi solusi
bagi permasalahan bangsa.
“Bagaimana cara Anda memberikan
solusi?”
Kami
diam.
“Saya tidak ingin Anda terlihat heroik padahal
sebenarnya tidak”
Beliau
sedang menyindir perilaku mahasiswa yang seringkali hanya memberi kritik dengan
cara demonstrasi tanpa disertai solusi konkret dari bidang keilmuan yang
dimiliki.
“Tidak semua masyarakat bijak menggunakan
sumber energi. Berapa banyak BBM yang terbuang untuk hal yang sesungguhnya
tidak perlu? Kemacetan satu jam saja, membuat kita membuang ratusan liter bahan
bakar. Lebih bijak lah. Mahasiswa harus menjadi bagian dari solusi. Dan mulailah
dari diri sendiri. Minimal, kebutuhan listrik untuk men-charge ponsel, kita tidak bergantung kepada PLN. Mungkin tak
berpengaruh banyak jika hanya satu orang. Tapi coba Anda bayangkan, jika setiap
orang mampu memenuhi kebutuhan listriknya dengan mandiri. Itu adalah tugas
Anda. Mulailah dari diri sendiri selaku orang yang mengerti. Di akhir kuliah,
buatlah suatu alat pembangkit listrik yang bisa men-charge ponsel Anda. Di kemudian hari, kembangkanlah kemampuan itu
hingga kalian bisa memenuhi kebutuhan energi secara mandiri”
Komentar
Posting Komentar